Virus yang diduga berasal dari Timur Tengah ini tentunya perlu diketahui lebih dalam. Berikut lima hal tentang MERS, berdasarkan laporan CNN, Senin 5 Mei 2014.
1. MERS merupakan virus korona.
MERS sejenis dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang berasal dari flu biasa, namun tidak separah SARS, yang pada satu dekade lalu mengakibatkan 8.000 orang sakit dan 773 orang meninggal. Para peneliti mengatakan, setidaknya saat ini MERS belum menyebar dengan mudah terhadap manusia.
Centers for Disease Control and Prevention mengatakan, virus ini menyerang sistem pernapasan, sehingga mengakibatkan orang yang terjangkitnya demam, batuk, dan parahnya menyerang radang paru-paru (pneumonia) serta gagal ginjal. Namun, menurut WHO, gejala lainnya adalah berhubungan dengan lambung dan usus seperti diare.
Para pejabat setempat menyatakan rata-rata korban MERS berusia 51 tahun, meskipun ada yang berusia 2-94 tahun.
2. Para peneliti belum mengetahui secara pasti penyebaran MERS.
Semua kasus MERS di enam negara di Semenanjung Arab dikaitkan dengan penularannya terbatas melalui benda atau kontak fisik, seperti halnya interaksi langsung pasien dengan perawat kesehatan.
Namun, Dr. Anne Schuchat, asisten dokter bedah umum di Public Health Service, Amerika, mengatakan, penularan tersebut malah bisa berakibat fatal. "Anda tidak berisiko terinfeksi MERS-CoV bila tidak melakukan kontak secara langsung seperti merawat atau hidup dengan seseorang orang yang terinfeksi virus tersebut," katanya.
3. MERS berasal dari Unta.
Sebuah penelitian menunjukkan awal mula virus ini berasal dari unta. Bulan Februari lalu, para ilmuwan menerbitkan temuan mereka yang berisi hampir dari tiga perempat dari unta di Arab Saudi dinyatakan positif mengidap virus MERS.
CDC juga menemukan MERS di dalam kelelawar di Arab Saudi.
"Cara terinfeksi dari hewan ke manusia atau lingkungannya masih dalam penyelidikan," ujar WHO bulan lalu.
4. MERS diduga musiman.
Pejabat setempat menjelaskan, kasus ini mempunyai kesamaan dalam kenaikan korbannya. Pada musim semi tahun lalu juga mengalami peningkatan seperti saat ini. Dugaan tersebut diamini oleh Schuchat, faktor MERS ini mungkin disebabkan oleh musim yang dapat menyebar dengan mudah.
5. Hingga saat ini belum ada obat dan vaksin.
Anne Schuchat mengakui, hingga saat ini belum ada vaksin dan obat-obatan khusus untuk menangani MERS. Namun, dokter dapat mengobati gejala MERS, seperti demam atau kesulitan bernapas.
Semoga Bermanfaat ..
Suka Artikel ini? Apa komentar anda?