Menjadi
 sempurna adalah dambaan hampir semua orang, namun pada kenyataannya tak
 ada satu pun manusia yang sempurna di dunia, bahkan orang terhebat 
sekali pun pasti memiliki kekurangan dalam dirinya. Lalu apa yang akan 
kamu lakukan dengan kekurangan yang kamu miliki? Akankah kekurangan itu 
menjadikanmu mundur dan berhenti meraih cita-citamu? Kekurangan bukanlah akhir dari segalanya, karena dunia mencatat banyak nama yang tetap unggul walaupun memiliki kekurangan.
 Dalam perjuangannya, mereka memang pernah mengalami kegagalan, tetapi 
mereka tidak pernah menyerah dan justru menjadikan kegagalan tersebut 
sebagai batu loncatan untuk meraih keberhasilan. 
Berikut tiga tokoh besar dunia yang memiliki kekurangan, namun berhasil mengatasi kekurangan tersebut :
1. Ludwig van Beethoven
Selain Mozart, dunia memiliki composer terbaik lainnya yakni Ludwig van Beethoven yang lahir di Bonn pada tanggal 17 Desember 1770. Terlahir di ten
Menginjak
 usia 31 tahun, Beethoven mulai merasakan keganjilan dengan indra 
pendengarannya. Indra pendengaran Beethoven benar-benar tak berfungsi 
lagi pada saat ia berusia 47 tahun. Pada usia itu, ia menjadi sepenuhnya
 tuli. Akan tetapi, walaupun ia tidak mampu mendengar suara lagi, 
Beethoven tidak otomatis berhenti menggubah lagu. Semangatnya tidak 
pernah padam untuk membayangkan musik yang mengalun di pikirannya, 
hingga terciptalah aneka karya besar, seperti lagu piano Fur Elise.
2. Helen Keller
Sosok wanita satu ini sungguh menginspirasi dunia. Keterbatasan fisiknya tidak serta-merta membuatnya menggantungkan hidup pada orang lain, apalagi menyerah. Sesungguhnya, Helen Keller tidak mengalami keterbatasan tersebut sejak awal. Ia justru lahir secara normal pada tahun 1880 di Tuscumbia. Menginjak usia 19 tahun, Helen diserang suatu penyakit yang menyebabkannya mengalami kebutaan dan tuli. Semenjak itu, Helen menjadi liar, hingga akhirnya saat ia berumur 7 tahun, Helen dipercayakan kepada Anne Sulivan untuk dimentori.
Dengan 
penuh ketekunan dan kesabaran, Anne mengajari Helen untuk berbicara 
dengan menggunakan gerakan mulut. Lewat huruf Braille, ia mempelajari 
banyak bahasa seperti Perancis, Latin, Yunani, dan Jerman. Semangat
 Helen untuk terus belajar telah menjadikannya hebat. Ia tidak hanya 
dikenal sebagai penulis saja, tapi juga seorang dosen di Amerika, dan 
aktivis politik. Helen sadar, bukan hanya ia saja yang menderita buta 
dan tuli. Masih banyak orang di luar sana yang menderita hal yang sama 
dan mungkin belum seberuntung dia, yang bisa berhasil. Oleh karena 
itulah, Helen mendirikan sebuah yayasan bernama American Foundation for the Blind dan  American Fundation for the Overseas Blind. Salah satu bukunya yang berjudul The Story of My Life telah diterbitkan dalam huruf biasa dan Braille dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa.
3. Albert Einstein
Sosok satu ini dikenal sebagai ilmuwan terbesar di abad ke-20, dimana ia telah banyak menyumbangkan pemikirannya bagi pengembangan mekanika kuantum, stastika, dan kosmologi. Pada tahun 1921, penjelasannya tentang efek fotolistrik dan pengabdiannya pada Fisika Teoretis menjadikannya sebagai penerima Penghargaan Nobel dan Fisika.
Albert 
Einstein lahir di Wurttemberg, Jerman. Menginjak usia 5 tahun, ia 
mendapat pengalaman yang paling menggugah dalam hidupnya, saat ia 
menyadari bahwa terdapat sesuatu di ruang kosong yang bereaksi terhadap 
jarum kompas kantung yang diberikannya. Semenjak itu, Albert kecil mulai
 tertarik terhadap dunia intelek. Saat sekolah, Albert sempat dianggp 
sebagai murid bodoh karena lambat menyerap pelajaran. Belakangan setelah
 kematiannya, ia disebut menderita Sindrom Asperger yang berhubungan 
dengan autism. Kendati pun demikian, semangat Albert tak pernah padam. 
Kedua pamannya terus membantu Albert dalam mempelajari Sains dan 
Matematika, hingga akhirnya ia dikenal sebagai ilmuwan terbesar dunia di
 abad ke-20.
4. Stephen
Hawking
Stephen
Hawking lahir di Oxford, Britania Raya pada 8 Januari 1942. Ia adalah anak dari
seorang biolog, Dr. Frank Hawking dan Isobel
Hawking. Hawking selalu tertarik pada ilmu pengetahuan. Ia terinspirasi dari guru
matematikanya yang bernama Dikran Tahta untuk mempelajari matematika
di universitas. Ayahnya pun ingin agar Hawking masuk ke University College, Oxford
tempat ayahnya dulu bersekolah. Hawking lalu mempelajari ilmu pengetahuan alam.
Ia mendapat beasiswa, dan lalu berspesialisasi dalam fisika. 
 

Suka Artikel ini? Apa komentar anda?